Essay tugas prodi
Nama lengkap saya Ariel Ibram Wahyuda
Putra,bisa dipanggil Ibram. Banyak yang bilang nama saya diambil dari artis
penyanyi dan nama nabi. Orang tua saya bilang jika nama Ariel dimaknai sebagai
nama artis yang diharapkan saya menjadi seorang penyanyi,padalan sampai saat
ini saya tidak merasa bahwasannya saya suka bernyanyi. Lalu nama ibram diambil
dari nama salah satu nabi yaitu nabi Ibrahim. Kalau dilihat lihat sebenarnya
saya sendiri tidak pantas untuk diambil namanya dari seorang nabi karena sholat
saja saya masih lalay. Akan tetapi saya sendiri tidak protes dengan nama
tersebut karena nama adalah suatu harapan di masa depan oleh orang tua saya.
Saya berasal dari keluarga tentara yang meskipun terkadang banyak yang
berpandangan saya di didik keras padalan ayah sama ibu saya lugu pada saya
sendiri. Saya lahir di Sidoarjo dengan tanggal 1 April 2005 dan saya 2 bersaudara
dan saya anak kedua. Awalnya saya tinggal di sebuah asrama militer. Akan tetapi
saya bertahan hingga kelas 3 sd saja. Saya terlahir dengan autism,dibuktikan
dengan saya tidak bisa berbicara dengan teman seumuran saya yang padalan sudah
terjadwal bisa bicara menurut dunia medis. Alhasil saya sendiri setiap hari
saya diterapi oleh ayah ibu saya dengan harapan saya dapat berbicara dengan
normal hal nya dengan anak anak lain semuumuran saya. Selain itu saya mendapati
banyaknya ejekan yang dari teman saya terutama pada ayah ibu saya yang
menyalahinya. Padalan ini adalah suata takdir dari Allah SWT. Tidak perlu
mengejek hal hal yang tidak normal. Rasa ejek yang selalu menghantui diri saya
dan keluarga saya membuat ayah saya dibuat hampir putus asa. Pernah suatu hari
ayah saya pernah diajak oleh komandan nya ayah untuk menuju ke sekolahan luar
biasa atau bisa disebut SLB. Ayah saya diarahkan oleh komandannya bahwasannya dia
memerintahkan anaknya untuk sekolah disini karena sudah tidak mungkin untuk
bisa beradaptasi oleh anak anak lain yang seumuran dengan saya. Mendengan hal
tersebut ayah saya dengan lantang nya ketika kembali di rumah ia menangis
tersedu sedu dihadapan ibu saya seolah olah ayah saya sudah menyerah. Akan
tetapi ibu saya memberikan semangat pada ayah saya bahwasannya masih ada
mukjizat Tuhan yang dapat menolong saya itu sendiri. Dengan semangatnya proses
tersebut dimulai dengan saya diikuti terapi terus menerus,meminta tolong pada
tetangga saya yang mau haji untuk mendoakan saya untuk bisa seperti anak pada
normalnya. Dengan proses akan panjangnya itu mulai tahap bertahap saya mulai
bisa berbicara seperti hal nya dengan anak anak normalnya walaupun butuh waktu
hingga kelas 2 sd. Hal tersebut membuat ayah dan ibu saya senang dan akhirnya
saya dibancakan doa sembari berpesta pora untuk merayakan kemajuanku ini.
Hingga aku kelas 1 sd saya masih dianggap autis oleh para guru guru. Akan tetapi
dengan status saya waktu 1 sd saya tidak gentar untuk mengejar ilmu.Hal ini
membuat saya bisa bersaing dengan teman saya sendiri dibuktikan saya rangking
15 dari 36 mata pelajaran bahasa Indonesia. Cukup bagus bukan bagi seorang
autis seperti saya mendapatkan ranking yang lumayan tinggi. Singkat cerita saya
sendiri naik ke kelas 3. Peningkatan pada saya sendiri semakin meningkat ketika
dikelas ini hingga ibu saya menawarkan pada guru saya untuk dimasukan ke kelas
reguler dengan artian saya tidak dianggap autis. Awal mula guru saya merasa
ragu dengan tindakan ibu saya karena khawatir guru saya disebabkan lepas
kendali. Akan tetapi saya tidak pernah seperti itu. Alhasil ibu saya meminta
tolong pada seorang dosen dari unesa dengan jabatan sebagai dosen pendidikan
luar biasa. Beliau mencoba melihat rapot saya dan dengan kagetnya beliau kaget
dengan penilaian saya yang berbeda dengan anak anak autis lainnya. Dengan
gampangnya beliau memanggil guru saya untuk membiarkan saya untuk masuk kelas
reguler. Dengan beliau memerintahkan seperti itu guru saya setuju dengan
pendapat beliau dengan syarat saya harus mengikuti tes kelas reguler. Dengan
singkatnya saya lulus kelas reguler dan akhirnya saya dianggap seorang yang
normal oleh sekolahan saya itu sendiri.
Singkat cerita saya akhirnya naik ke kelas 5
dan penilaian akademik saya tetap stabil. Akan tetapi saya terkejut dengan
perbedaan kelas autis dengan kelas reguler dimana kelas reguler rata rata guru adalah
seorang killer. Tetapi saya memaklumi hal tersebut karena baru saja bebas dari
kelas autis saya itu sendiri. Singkatnya waktu saya naik kelas 6 dimulailah
dengan padatnya tugas. Akan tetapi saya bisa menghadapi nya akan tetapi waktu
pendaftaran smp negeri saya tidak lolos karena nilai rata rata saya yang
rendah. Padalan nilai ujian nasional saya saat itu masih tergolong sedang tidak
jelek jelek sekali. Akan tetapi saya teringat dengan perkataan orang tua saya
bahwasannya jalan mu sudah diatur oleh Tuhan jadi kamu tidak perlu protes
karena Tuhan memberikan alasan yang baik dengan keputusannya. Teringat dengan
perkataan ibu saya, saya memulai kehidupan di smp swasta. Singkat cerita pada
saat kelas 9 smp saya merasa bersyukur sekali dengan saya bersekolah disini. Dikarenakan
banyaknya ilmu agama dan ilmu moral yang tertanam di smp ini membuat saya
merasa bersyukur dengan smp ini.singkatnya waktu saya sudah lulus smp dan
berkeinginan masuk sma negeri pada saat itu. Awalnya saya berekspetasi
bahwasannya pertemanan di sma sangat mengasyikan dengan smp. Akan tetapi hal
tersebut malah semakin buruk. Dimulai dengan banyaknya siswa yang
perokok,banyaknya siswa yang senang bolos sekolah,banyaknya siswa yang berwajah
2 membuat saya memulai membuat prinsip bahwasannya tempat favorit tidak mesti
membuat kamu senang. Saya tidak tertarik sama sekali ikut organisasi seperti
osis maupun pramuka. Akan tetapi saya senang mengikuti ekstrakulikuler karate
dengan tingkatan sabuk biru. Saya mengikuti karate dimulai dengan sd yang berakhir
di sma karena tugas yang terlalu banyak membuat ku memutuskan untuk berhenti di
ekstrakulikuler. Hal itu juga ditekan kan dengan kakak saya yang tidak pernah
lulus daftar tni akan tetapi pada saat saya kelas 12 sma kakak saya akhirnya
lulus. Hal tersebut membuat keluarga saya bangga karena terdapat penerus keluar
yang melanjutkan di bidang militer. Akan tetapi proses yang akan panjangnya itu
berdampak besar pada saya sendiri. Dimulai dengan nilai saya yang menurun hingga
fokus saya memudar akannya pembelajaran. Singkat cerita ketika lulus sma saya
tidak mau berharap lebih tinggi untuk masuk perguruan tinggi negeri. Meskipun
saya keterima di poltekkes surabaya suatu politeknik kesehatan dengan
bersetatus politeknik negeri saya lebih memilih perguruan tinggi swasta dengan
nama UNUSA. Saya berharap dengan bersekolah disana saya bisa meningkatkan
kembali pendidikan saya seperti halnya dengan smp saya itu sendiri
blog yang bisa dikunjungi : azizah
Komentar
Posting Komentar